Senin, 18 Januari 2021

Sejarah Wisata Alam Sumber Mrutu

 


Gambaran Umum Wisata Sumber Mrutu

Wisata Sumber Mrutu merupakan obyek wisata alam yang menyuguhkan sumber mata air alami, wisata Sumber Mrutu berad­­a di Dusun Mrutu Desa Pandansari Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang, Sejak dulu Sumber Mrutu dikenal masyarakat karena kejernihan airnya, kelamian sumber mata airnya yang masih terjaga serta pepohonan rindang disekitar Sumber Mrutu yang semakin menambah kesejukan dan rasa tenang para pengunjung saat berwisata ke tempat ini. Selain kental dengan nuansa alaminya, Wisata Sumber Mrutu juga sangat mudah dijangkau karena letaknya yang cukup strategis yaitu berada di bagian paling timur dari Desa Pandansari dengan jarak tempuh ± 1 KM dari jalan Provinsi.

Wisata Sumber Mrutu sendiri terdiri dari beberapa sumber mata air dan 3 sumber diantaranya merupakan sumber utama yang masih dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kebutuhan, 3 sumber utama diatas meliputi, Sumber Mrutu bagian barat merupakan sumber paling besar dengan bentuknya yang bulat memanjang menyerupai kolam renang dimanfaatkan untuk obyek wisata pemandian. Kedua, sumber kali cilik bentuk sumber ini menyerupai sungai namun ukurannya lebih kecil dari sSumber Mrutu bagian barat saat ini masih dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai tempat mencuci pakaian dan pengambilan air minum lewat program pamsimas. Ketiga, Sumber Jedding, sumber ini letaknya berada ujung timur dan hingga saat ini masih dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat mencuci pakaian dan tempat mandi para petani ketika pulang dari sawah.  

Asal-Usul Nama Sumber Mrutu

Nama sumber mrutu berasal dari 2 kata, yaitu “sumber” dan “mrutu”. Kata sumber diartikan sebagai pusat keluarnya air, sedangkan kata Mrutu diambil dari bahasa jawa yang berarti Agas (sejenis hewan serangga yang terdapat didalam buah loa/ara). Penjulukan nama Sumber Mrutu tidak lepas dari beberapa ikon yang ada disekitar sumber mrutu. Menurut banyak cerita masyhur julukan Sumber Mrutu berasal dari nama hewan kecil agas yang dalam bahasa jawa hewan ini disebut “mrutu”. Sejak dulu hingga sekarang disekitar Wisata Sumber Mrutu banyak terdapat pohon Low (ara) berukuran besar dan berbuah lebat sehingga tak jarang dibawah pohon itu banyak terlihat buah low berjatuhan dalam keadaan busuk, buah pohon low/ara yang jatuh kemudian membusuk akan dihinggapi hewan mrutu atau agas untuk memakan sari buahnya. Serangga kecil berupa mrutu yang hinggap di buah low tersebut gunakan menjadi sebuah nama sumber air yang mengalir ditempat itu yakni “sumber mrutu”.

Menurut versi lain juga menceritakan bahwa dahulu pernah ada seseorang yang tersesat dihutan, setelah lama tersesat, ia kehausan dan berusaha mencari sesuatu untuk dijadikan air minum. Tanpa sadar orang tersebut terus berjalan hingga mendekati area sumber mrutu, sebelum memasuki area sumber mrutu orang yang tersesat dan kehausan tadi menjumpai banyak sekali hewan mrutu sehingga menghambat perjalanannya. Dengan adanya hewan mrutu yang menyukai tekstur lembab, orang tersebut percaya jika tak jauh dari lokasi ia tersesat akan ada sumber mata air. Sesuai dengan keyakinannya, tak jauh setelah meneruskan perjalanan, orang yang tersesat itu berhasil menemukan sumber mata air yang sangat jernih. Dengan penuh gairah, ia langsung meminum air dari sumber itu untuk melepas rasa hausnya. Diselimuti rasa gembira, orang tersebut mengabarkan kepada teman-temannya jika ia menemukan sumber mata air dan menjulukinya dengan nama hewan kecil yang sempat ia jumpai dalam perjalanan yaitu “mrutu”.

Dari dulu hingga sekarang hewan agas atau mrutu banyak ditemukan disekitar Sumber Mrutu terutama dibawah pohon, didalam buah low/ara, didekat bebatuan, dan tempat-tempat lembab sekitar Wisata Sumber Mrutu. Selain nama Sumber Mrutu, banyak masyarakat sekitar terutama masyarakat Desa Pandansari yang menyebut nama sumber ini dengan julukan “Sumber Brutu” terlepas dari asal usul dan sejarah penamaannya.

Sejarah Sumber Mrutu Versi 1

Menurut informasi dari para sesepuh desa, mereka mempercayai jika kemunculan Sumber Mrutu merupakan perpindahan dari sumber mata air yang sebelumnya terdapat di Dusun Bukol Desa Pandansari. Konon, sebelum munculnya Sumber Mrutu, di Dusun Bukol Desa Pandansari terdapat sumber mata air yang jernih dimana setiap harinya masyarakat berbondong-bondong mengambil air di sumber itu untuk dimanfaatkan sebagai air minum, mencuci dan berbagai kebutuhan lainnya.  Akan tetapi, sumber mata air di Dusun Bukol yang jernih itu tiba-tiba surut dan tidak lagi mengalir setelah ada salah satu warga yang menggunakan sumber itu untuk mencuci dandang kotornya (sobluk) sehingga air sumber yang awalnya jernih berubah menjadi hitam dan keruh. Tidak berselang lama dari surutnya sumber air di Dusun Bukol, muncullah sumber mata air baru di Dusun Mrutu yang hingga saat ini dikenal dengan nama “Sumber Mrutu”. Berkaca dari kejadian surutnya sumber air di Dusun Bukol, para warga dan sesepuh desa setempat sampai saat ini mempercayai jika sumber mata air yang muncul di Desa Pandansari tidak boleh disalahgunakan dan harus tetap dirawat agar kejernihan air sumbernya tidak berkurang  dan menjadi surut.

Sejarah Sumber Mrutu Versi 2

Menurut cerita lain mengenai sejarah Sumber Mrutu disebutkan jika Sumber Mrutu sudah ada jauh sebelum masa kerajaan di Indonesia. Konon Sumber Mrutu dulunya merupakan pemandian para permaisuri di kerajaan Lamajang Tigang Juru, kerajaan yang menjadi cikal bakal terbentuknya kota lumajang yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Arya Wiraraja pada sekitar abad ke 13 tahun masehi. Versi cerita ini memang tidak terlalu masyhur dikalangan masyarakat, namun jika dilihat dari fakta-fakta yang ada, Sumber Mrutu menjadi salah satu sumber alami yang letaknya sangat dekat dengan ibukota kerajaan Lamajang Tigang Juru yaitu sekitar 2,5 kilometer ke arah utara dari situs biting, situs sejarah sisa-sisa kerajaan Lamajang Tigang Juru yang dijadikan ibukota.  

 

Share: